TINGGALKAN atau HALALKAN

Halalkan atau tinggalakn itu adalah salah satu perintah agama yang artinya tinggalkanlah wanita jika tidak atau belum mampu menghalalkanya. Jangan sesekali berani menebar janji yang belum pasti.
Wanita dibesarkan oleh orang tuanya dengan penuh kasih sayang, dicukupkan segala kebutuhanya, dilindungi dari panas teriknya matahari, tak peduli betapa susahnya mencari nafkah namun orang tua mereka tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk anak perempuanya. Dijaganya dari bayi hingga dewasa, dihindari segala yang mampu menyakitinya dengan segala cara.
Orang tua mereka tidak berharap banyak melainkan kebahagianya di dunia yang sekaligus kebahagiaan akhiratnya. Orang tuanya tak mengharapakan istana yang diliputi oleh emas melainkan istana cinta yang mampu membuat putrinya bahagia.
Lalu, apakah tega wahai kalian kaum adam untuk menyianyiakan mereka atas nama cinta?
Cinta yang hakiki adalah cinta yang dibangun dengan janji suci pada sang Illahi Rabbi, bukan jambu alias janji busuk yang keluar hanya dari mulut dan bukan dari hati.
Jika kau percaya pada Tuhanmu kenapa kamu tidak mahu menuruti perintahNya untuk memuliakan wanita?
Apa maksud memuliakan wanita?
 “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.” (HR Muslim: 3729)
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku.” (HR Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam “ash-shahihah”: 285)
Memuliakan wanita bukan berarti memberikan apa yang dia mahu, melainkan membimbingnya untuk semakin menjadi pribadi yang baik, mengajaknya taat dalam kebaikan, mengingatkan ketika dia melakukan kesalahan, menegurnya dengan kelembutan kata yang berbalut cinta, melengkapi kekuranganya, memeluknya di saat-saat sulitnya, dan jangan mudah melepaskan tanganya.
Lelaki sekarang sering salah anggap dengan arti memuliakan wanita. Tak jarang juga mereka memberikan rumah beserta isinya yang bertatah emas atau berlian namun mereka luput dalam pandangan ketaatan dan keagamaan. Sebanyak apapun harta jika tidak dimanfaatkan dengan baik maka keberkahan akan hilang. Dengan itu kembali lagi, ilmu agama sangatlah penting dalam kehidupan.
Mengapa lebih baik kau tinggalakan dari pada kau gantungkan?
Karena jika terus memberikan harapan palsu, maka dosa demi dosa akan terus kalian lakukan. Awalnya kalian akan memulainya dengan cetingan yang malu-malu lalu hari kemudian hal itu akan mulai membosankan. Maka pertemuan akan kalian lakukan, setelah pertemuan dengan alasan “pacaran syar’i” juga sudah mulai membosankan, maka berpegangan menjadi jawaban.
Lalu apalagi setelah itu?
Kalian mampu menjawabnya sendiri karena masing-masing dari kalian pasti tahu dan arif tentang semua ini. Maka dari itu, agama kita sangat mengecam keras untuk menjauhi perzinahan dan hal-hal yang mendekati zina.
Zina tidak hanya dosa besar yang satu itu saja, berdua-duaan itu juga zina, berpegangan itu juga zina, berjalan berdua tanpa ada tujuan yang penting itu juga zina, bertatapan muka dan menikmati paras antara lelaki dan perempuan itu juga zina. Zina apa??
Zina mata dan zina hati.
Bagi wanita pula, bersyukurlah kita terlepas dari zaman kejam masa lalu. Zaman yang berubah dengan datangnya islam. Dulu wanita diperjual belikan dan dianggap hanya sebagai alat perdagangan, namun sekarang wanita dikaruniai kebebasan. Wanita diberikan hak yang sama dengan laki-laki, berhak memilih arah hidupnya dan berhak menentukan pendidikan apa yang dia mau. Wanita berhak dilindungi dan dikasih sayangi. Islam sangat mengatur rapi semua ini.
Wanita berhak dimulaikan, wanita berhak mendapat warisan, wanita berhak menuntut ilmu pendidikan, memuliakanya setelah menjadi istri, surga diletakkan di telapak kaki kalian setelah menjadi ibu dan lebih banyak lagi.
Abu Hurairah رضي الله عنه berkata:
 “Ada seseorang datang menemui Nabi dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku selayaknya berbuat baik?’ Beliau menjawab, ‘Kepada ibumu!’ Orang tadi bertanya kembali, ‘Lalu kepada siapa lagi? Rasulullah menjawab, ‘Ibumu.’ Kemudian ia mengulangi pertanyaannya, dan Rasulullah tetap menjawab, ‘Kepada ibumu!’ Ia bertanya kembali, ‘Setelah itu kepada siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Kepada bapakmu!'” (Bukhari: 5971, Muslim: 2548)
Bersendirian dalam penantian itu lebih mulia dari pada berpacaran yang belum tentu engkau akan dihalalkan
https://jomblomuslim.com/blog-motivasi/halalkan-atau-tinggalkan

Comments

Popular Posts